“Bilangan Prima dan Bilangan Berpangkat”
Tugas ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah
“ Konsentrasi Matematika (Bilangan)“

Disusun
Oleh :
Dodik Wijiatmiko
210611055
Dosen Pengampu :
Kurnia Hidayati, M.Pd.
JURUSAN
TARBIYAH
PRODI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
KELAS
PG B / SEMESTER VI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PONOROGO
2014
A.
Bilangan Prima
Bilangan prima adalah sebarang
bilangan bulat positif yang mempunyai tepat dua pembagi positif berbeda yaitu 1
dan bilangan itu sendiri. Missal 3 adalah bilangan prima, karena hanya mempunyai
dua faktor, yaitu 1 dan 3. 31 juga prima, karena hanya mempunyai dua faktor,
yaitu 1 dan 31. Sedangkan kebalikannya adalah Bilangan
Komposit yaitu sebarang bilangan bulat lebih besar dari 1 yang mempunyai
suatu faktor positif selain 1 dan dirinya sendiri. Missal 8 mempunyai
lebih dari dua faktor, yaitu 1, 2, 4, dan 8. Jadi 8 bukan merupakan bilangan
prima.1 juga bukanlah merupakan prima, karena hanya mempunyai satu faktor,
yaitu hanya 1. Dan perlu diingat bahwa 2 adalah satu-satunya bilangan prima
yang genap.
Suatu cara
untuk menemukan seluruh bilangan prima yang lebih kecil dari suatu bilangan
bulat yang diberikan adalah menggunakan saringan Eratosthenes. Jika
semua bilangan asli lebih besar 1 ditempatkan pada suatu “saringan” maka
bilangan yang bukan bilangan prima diberi tanda silang (artinya jatuh melalui
lobang saringan). Bilangan-bilangan yang tersisa adalah bilangan-bilangan
prima.
Langkah-langkah
untuk melakukan penyaringan bilangan prima sebagai berikut:
1.
Silanglah blangan 1, karena 1 bukan bilangan
prima
2.
Silanglah semua kelipatan bilangan 2, kecuali
bilangan 2 (karena 2 merupakan bilangan prima)
3.
Silanglah semua kelipatan bilangan 3, kecuali
bilangan 3 (karena 3 merupakan bilangan prima)
4.
Silanglah semua kelipatan bilangan 5, kecuali
bilangan 5 (karena 5 merupakan bilangan prima)
5.
Silanglah semua kelipatan bilangan 7, kecuali
bilangan 7 (karena 7 merupakan bilangan prima)
![]() |
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
31
|
32
|
33
|
34
|
35
|
36
|
37
|
38
|
39
|
40
|
41
|
42
|
43
|
44
|
45
|
46
|
47
|
48
|
49
|
50
|
51
|
52
|
53
|
54
|
55
|
56
|
57
|
58
|
59
|
60
|
61
|
62
|
63
|
64
|
65
|
66
|
67
|
68
|
69
|
70
|
71
|
72
|
73
|
74
|
75
|
76
|
77
|
78
|
79
|
80
|
81
|
82
|
83
|
84
|
85
|
86
|
87
|
88
|
89
|
90
|
91
|
92
|
93
|
94
|
95
|
96
|
97
|
98
|
99
|
100
|
Dari proses penyaringan di atas didapat
himpunan bilangan prima antara 1 – 100 yaitu P = {2,3,5,7,11,13,17,19,23,29,31,37,41,43,47,53,59,61,67,71,73,79,83,89,97}.
Faktorisasi prima adalah suatu
faktorisasi yang hanya memuat bilangan-bilangan prima. Untuk mendapatkan
faktorisasi prima dari sebarang bilangan komposit dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara.
1.
Bilangan komposit tersebut ditulis sebagai
hasil kali dari dua buah bilangan yang lebih kecil. Kemudian bilangan yang
lebih kecil tersebut difaktorkan sampai diperoleh bilangan terkecil yang
merupakan bilangan prima.
Contoh:
Faktorisasi prima dari 27 =
(3) (9) = (3) (3 x3) = 3 x 3 x 3 = 

Faktorisasi
prima dari 40 = (4) (10) = (2 x 2) 2 x 5)
= 2 x 2 x 2 x 5 =
x 5

Cara di atas
mudah bila digunakan pada bilangan komposit yang nilainya tidak terlalu besar.
2.
Untuk mencari faktorisasi prima pada bilangan
yang bernilai besar, lebih mudah bila dilakukan dengan menggunakan pohon
factor.
Contoh :
Faktorisasi prima daari 160 =
2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 5 =
x 5

Dapat diperoleh
dengan cara membuat pohon factor seperti di bawah ini

2 80
2 40
2 20
2 10
2 5
Sifat 1.
Setiap bilangan komposit dapat ditulis sebagai
hasil kali bilangan-bilangan prima
dalam satu dan hanya satu cara.
Contoh: faktorisasi prima dari 260
Jawab:

2 130
2 65
5 13
13 1
Jadi faktorisasi prima dari 260 adalah
. 5 . 13

Sifat 2.
Jika faktorisasi prima suatu bilangan n dan n =
.
.
.
. .
, maka




banyaknya pembagi n adalah (
+ 1) (
+ 1) (
+ 3)
. .
. (
+ 1).




Contoh : tentukan semua pembagi 324
Jawab
Faktorisasi prima dari 324 adalah
.
; dan ada 3 . 5 atau 15 pembagi. Pembagi-pembagi
adalah
1, 2, dan 4. Pembagi-pembegi
adalah
1, 3, 9, 27, dan 81. Dengan demikian, pembagi-pembagi 324 adalah 1, 2, 4, 3, 6,
12, 9, 18, 36, 27, 54, 108, 81, 162, dan 324.




Sifat 3.
Misalkan d ≠ 0 dan n ≠ 0. Jika d adalah faktor
dari n maka n/d adalah faktor dari n.
Contoh: faktor
dari 4 adalah 2 . 2 maka 4/2 adalah factor dari 4.
Sifat 4.
Jika n adalah suatu bilangan komposit maka n
mempunyai suatu faktor prima p
sedemikian sehingga
≤ n.

Contoh: 180 adalah bilangan komposit
bukti faktor
dari 180 adalah
.
. 5


·
180


4
180

·
180


9
180

·
180


25
180

Sifat 5.
Jika n adalah suatu bilangan bulat lebih besar
dari 1 dan tidak dapat dibagi oleh
sebarang bilangan prima p maka n adalah
bilangan prima.
Contoh: 397
adalah bilangan prima.
Bilangan-bilangan prima p yang mengakibatkan
≤ 397 adalah
2, 3, 5, 7, 11, 17, dan 19. Karena masing-masing bilangan tersebut bukan
merupakan factor dari 397 maka397 adalah bilangan prima.

B.
Bilangan
Berpangkat
Konsep pangkat bilangan berawal dari
perkalian, yang bertujuan untuk meringkas penulisan perkalian dari
bilangan-bilangan dengan faktor-faktor yang sama. Sehingga
2 × 2 × 2 = 23
3 × 3 × 3 × 3 = 34 dan seterusnya.
Secara umum, bilangan berpangkat
dapat ditulis sebagai berikut:
an = a × a × a ×……..×
a ( sebanyak n faktor)
dimana a disebut bilangan pokok
dan n disebut pangkat.
Sifat-sifat
bilangan berpangkat sebagai berikut:
1.
= 1, di
mana a
0.


Contoh
:

2.
= 1/
, di mana a
0.



Contoh
:


3.
.
= 



Contoh
:




4.
/
=
di mana a
0




Contoh
:




5.
(
= 


Contoh
:
(
=
= 



6.
(a/b
=
/
di mana b
0




Contoh :
(2/3
=
/



7.
=
.



Contoh :



8.
(a/b
= (b/a
di mana a
0 dan b
0




Contoh :
(2/3
= (3/2


Tidak ada komentar:
Posting Komentar